Pada November 2023, surplus perdagangan Indonesia turun menjadi USD 2,41 miliar di bawah perkiraan pasar yang surplus USD 3,05 miliar. Data menunjukkan ekspor turun -8,56% menjadi USD 22 miliar dan impor naik 3,29% menjadi USD 19,59 miliar. Secara keseluruhan neraca perdagangan masih mengalami surplus selama 43 bulan berturut-turut.

Takeaways: 
  • Ekspor Indonesia saat ini mengalami penurunan selama enam bulan berturut-turut sebesar -8,56% YoY. Kami melihat, penurunan pada bulan ini lebih banyak disebabkan oleh sektor besi dan baja, nikel dan produk kimia lainnya sebesar -9,76% YoY. Di sisi lain, ekspor migas tumbuh lebih besar dari biasanya sebesar 16,43% YoY, didorong oleh peningkatan pada ekspor minyak mentah dan minyak olahan. Pada sisi Impor, yang hasilnya melampaui ekspektasi tumbuh +3,29% YoY. Kenaikan ini didasari oleh lonjakan impor migas, terutama pada produk minyak dan minyak mentah. 
  • Kami juga memperhatikan mitra dagang Indonesia, China dan Jepang. Permintaan dari kedua negara ini mengalami pelemahan. Tetapi, kami melihat terdapat pertumbuhan ekspor yang signifikan ke India yang tumbuh 23,91% YoY dengan coal dan iron sebagai ekspor utama.
  • Meskipun menghadapi tantangan pada bulan November, kami berpendapat neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan tetap solid, dengan surplus berkelanjutan yang diantisipasi pada Desember dan tahun 2024. Lonjakan impor minyak dianggap sebagai kejadian sesaat memasuki masa liburan akhir tahun.
  • Stabilitas neraca eksternal diproyeksikan akan mendukung apresiasi Rupiah, sejalan dengan pandangan positif Indonesia dalam current account dan prospek keuangan. Selanjutnya, neraca berjalan yang dapat dikelola dan arus modal asing tinggi diharapkan akan bertahan, memberikan keseimbangan pembayaran keseluruhan yang menguntungkan.