Key Takeaways:

  1. Kenaikan harga minyak menyebabkan inflasi tahunan di AS meningkat.
  2. Permintaan batu bara dari China meningkatkan harga jual batu bara termal Indonesia.

Kenaikan inflasi tahunan di AS

AS mencatatkan inflasi indeks harga konsumen (IHK) sebesar 3,7% YoY pada Agustus 2023 (vs. Juli 2023: inflasi 3,2% YoY). Secara bulanan, AS mengalami inflasi sebesar 0,6% MoM pada Agustus 2023 (vs. Juli 2023: inflasi 0,2% MoM). Sementara itu, inflasi inti pada Agustus 2023 adalah 4,3% YoY (vs. Juli 2023: inflasi 4,7% YoY).

Takeaways: 
  • Kami melihat, harga BBM menjadi pendorong utama kenaikan inflasi seiring berlanjutnya pemangkasan produksi minyak mentah dari Arab Saudi dan Rusia masing-masing sebanyak 1 juta barel per hari dan 300 ribu barel per hari hingga akhir 2023.  
  • Kami berpendapat, jika kenaikan inflasi pada bulan Agustus masih bersifat sementara dan dapat teredam dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di AS. Sentimen konsumsi di AS sendiri sudah turun yang memicu proyeksi dari kemungkinan the Fed tidak akan menaikan suku bunga pada November (27%) dan Desember (33%).
  • Tetapi, jika kedepannya kenaikan inflasi terus berlanjut. Ini dapat menjadi tantangan bagi kebijakan moneter. Bank sentral AS, Federal Reserve, mungkin perlu mempertimbangkan pengetatan kebijakan yang terakhir untuk mengendalikan inflasi sesuai targetnya (2%) sebagaimana dari efek harga minyak yang meningkat.
  • Kami telah memanfaatkan outlook dari pemangkasan produksi minyak sebagai dasar investasi terhadap perusahaan di industri minyak dan gas. Saat ini, perusahaan tersebut telah mengalami kenaikan yang cukup baik dan berdampak pada kinerja reksa dana kami.

Harga Batu Bara Kembali Meningkat

Harga batu bara termal Indonesia kembali meningkat seiring peningkatan permintaan dari China. Menurut Fenwei Energy, peningkatan permintaan dari China didorong oleh aksi restock menjelang musim dingin. Fenwei juga melaporkan bahwa pembeli asal China mulai beralih ke pasar impor seiring peningkatan harga batu bara domestik di negara tersebut.

Takeaways:
  • Peningkatan permintaan dari China dapat menjadi sentimen positif bagi produsen batu bara di Indonesia, khususnya bagi emiten yang melakukan ekspor ke negara tersebut. Sebab, selain berpotensi mendorong kenaikan harga batu bara, permintaan yang lebih tinggi dari China juga akan meningkatkan volume penjualannya.
  • Kami melihat peluang investasi pada sektor komoditas mulai meningkat pada akhir tahun. Saat ini, kami sudah memulai memasukan beberapa emiten seperti ADRO yang memiliki peningkatan ekspor batu bara ke China dan ITMG yang memiliki korelasi tinggi terhadap harga batu bara. Selain itu, dengan adanya peningkatan nilai dollar, kami menilai bahwa perusahaan tersebut yang memiliki pendapatan atas dollar akan diuntungkan dari situasi ini.
  • Meskipun demikian, kami tetap memperhatikan risiko dan imbal hasil yang sesuai dengan investasi terhadap sektor komoditas. Saat ini peningkatan baru mulai terjadi dari China sehingga sangat penting untuk memperhatikan perubahan kebijakan atau kondisi di pasar China yang dapat memiliki dampak besar pada perusahaan batu bara Indonesia.