Key Takeaways:

  1. Bank Indonesia menahan suku bunga untuk penguatan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
  2. Bank Indonesia menciptakan instrumen keuangan baru, yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan likuiditas valuta asing.

Bank Indonesia tetap menahan suku bunga BI

Bank Indonesia pada Kamis (24/8) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75%, dengan deposit facility dan lending facility masing-masing tetap di level 5% dan 6,5%. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi konsensus. 

Takeaways: 

  • Bank Indonesia mengatakan bahwa keputusan ini difokuskan untuk penguatan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Sebagai alternatif, BI memilih intervensi langsung di pasar valuta asing, terutama di pasar spot serta domestic non-deliverable forward (DNDF), dan tidak langsung melalui pasar obligasi.
  • Selanjutnya, kami belum melihat akan terjadi penurunan suku bunga pada tahun ini. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan kembali untuk penurunan suku bunga bisa terkait inflasi yang harus lebih rendah, fluktuasi nilai tukar rupiah, dan sinyal dovish the Fed.
  • Kami melihat yield obligasi pada bulan ini sudah mulai naik karena adanya outflow asing yang menyebabkan penurunan harga. Kami menilai yield obligasi saat ini menarik dan melakukan lebih banyak pembelian, khususnya untuk obligasi jangka pendek. 
  • Kedepannya, kami akan terus memperhatikan kondisi global dan domestik khususnya ketika penurunan suku bunga akan terjadi. Kami akan memposisikan portofolio kami untuk berinvestasi pada obligasi dan saham yang diuntungkan dari peristiwa tersebut.

Bank Indonesia menerbitkan SRBI

Bank Indonesia resmi menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebagai  instrumen operasi moneter kontraksi untuk menarik modal asing ke Indonesia. SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan menggunakan underlying asset SBN milik Bank Indonesia. SRBI akan mulai diimplementasikan pada 15 September 2023, dengan tenor tahap awal yang diterbitkan adalah 6, 9, dan 12 bulan.

Takeaways:

  • Kami menyambut positif penerbitan SRBI. Tenor yang direncanakan pendek akan cocok menjadi tambahan portofolio pada pasar uang kami. Ditambah dengan perbedaan penting SRBI dibandingkan instrumen sebelumnya adalah kemampuannya untuk diperdagangkan. Hal ini dapat menciptakan fleksibilitas lebih bagi kami dalam mengelola likuiditas.
  • Selain itu, kami berharap melalui penerbitan SBRI, nilai tukar rupiah dapat menjadi lebih stabil. Ini diharapkan dapat mengurangi tekanan yang mungkin timbul akibat fluktuasi nilai tukar terhadap dolar AS. Meskipun SRBI menjadi instrumen baru, Bank Indonesia menegaskan bahwa intervensi melalui instrumen spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) tetap menjadi pilar utama dalam menjaga stabilitas nilai tukar. SRBI dianggap sebagai tambahan yang mendukung pilar-pilar ini.