Pemilu Semakin Dekat: Pemilih Muda dan Ketahanan Ekonomi

Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga akan mengadakan pemilu di tahun 2024. Peristiwa ini bukan hanya transisi kepemimpinan dari Presiden Jokowi, tetapi juga menandai titik baliknya partisipasi pemilih milenial dan Gen Z yang cukup berkembang, yang saat ini mencakup 56% dari total pemilih.

Takeaways: 
  • Kami melihat, pertimbangan anggaran pemilu menjadi poin penting dalam medukung ekonomi domestik. Dengan disetujui anggaran sebesar Rp70,5 triliun, ini akan membantu peningkatan konsumsi dan merangsang kegiatan ekonomi. Secara historis, pertumbuhan PDB cenderung meningkat pada dua kuartal sebelum pemilu. 
  • Kemudian, saat ini Milenial dan Gen Z mendominasi pemilihan pemilu memiliki pendekatan berbeda dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Selain itu, 81% dari kedua generasi ini memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam keterlibatan politik. Sehingga, preferensi yang tercermin dari survei Indonesia Polling Stations masing-masing calon memiliki dukungan sebesar 51,8% untuk Prabowo dan Gibran, Anies dan Muhaimin sebesar 21,3%, Ganjar dan Mahfud sebesar 19,2% dan tidak memilih 7,7%.
  • Sehingga, kami melihat beberapa program paslon menjadi faktor kristis yang dapat mempengaruhi ekonomi negara ke depannya. Prabowo dan Gibran berfokus terhadap keberlanjutan program jangka panjang Jokowi, seperti proyek IKN, hilirisasi, hingga makan siang sekolah dengan tema Bersama Indonesia Maju. Ganjar dan Mahfud pembangunan maritim, keadilan, dan keberlanjutan lingkungan dengan tema Menuju Indonesia Unggul. Anies dan Muhaimin melalui "8 Jalur Perubahan" untuk mendorong kesetaraan dan keadilan dengan tema Indonesia Adil Makmur untuk Semua.
  • Kami melihat program ambisius yang diusulkan oleh para calon dapat memberikan tantangan terhadap ketahanan fiskal. Sehingga, hal ini menjadi penting dengan adanya kebutuhan keuangan yang substansial untuk mendukung program-program tersebut. Pengalokasian sumber daya, relokasi anggaran, penerbitan utang, dan reformasi pajak, akan menjadi faktor kritis dalam menentukan dampak ekonomi kedepannya.
  • Oleh karena itu, kami bersiap dan mengamati perkembangan politik dan antisipasi strategi ekonomi baru. Saat program dijanlankan, implikasi ekonomi dan tanggung jawab fiskal akan kami perhatikan dengan cermat sehingga kami dapat mencari keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan fiskal. Meskipun ada risiko yang terkait agenda program-program yang akan terjadi, para ekonom memproyeksikan jika Indonesia akan tetap bertumbuh sebesar 5,2% pada tahun 2024.

Bank Indonesia Mempertahankan Suku Bunga

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan Suku Bunga sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. Keputusan ini diambil dengan mempertimbakan kebijakan moneter untuk penguatan stabilitas nilai tukar Rupiah serta langkah untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 1,5% - 3,5% pada 2024.

Takeaways: 
  • Kami melihat Bank Indonesia saat ini melakukan pendekatan “wait & see” terhadap perkembangan ekonomi global yang lebih luas. Sikap ini terlihat jelas dikarenakan adanya ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan Laut Cina Selatan yang berpotensi memberikan dampak terhadap inflasi di Indonesia.
  • Meski demikian, Bank Indonesia beranggapan bahwa risiko global saat ini tidak akan berpengaruh banyak dikarenakan tingginya ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didorong oleh permintaan domestik, seperti percepatan belanja pemerintah, penyelesaian proyek strategis nasional termasuk IKN, dan potensi positif dari penyelenggaraan pemilu.
  • Dalam Rapat Dewan Gubernur terakhir, Bank Indonesia sudah memberikan sinyal pelemahan suku bunga dari pengetatan yang terjadi. Meskipun dengan adanya indikasi seperti ini, kami beranggapan Bank Indonesia memiliki kriteria dalam melakukan penurunan suku bunga nanti, antara lain jika terjadinya apresiasi rupiah, inflasi yang terkendali (terutama dalam kelompok inti dan makanan), serta kebutuhan pertumbuhan ekonomi dengan dukungan kredit dari perbankan.
  • Kami akan terus mengikuti perkembangan dari kebijakan moneter yang akan dilakukan oleh Bank Indonesia. Jika Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga lebih cepat, kami melihat adanya kekhawatiran dengan munculnya risiko volatilitas Rupiah. Kami mengantisipasi jika penurunan suku bunga dapat dimulai pada pertengahan tahun 2024 dengan mempertimbangkan situasi pasca pemilu.